Selasa, 30 Juni 2009

Lembaga Dakwah Kampus di universitas lain bisa dijadikan teladan.....


FSMI Walisongo siap ikuti jejak UKKI Unnes

Pada tahun 2005 sampai 2007 kemarin, UKKI Unnes telah dipilih sebagai koordinator Forum Silaturrohim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Pusat Komunikasi Daerah (PUSKOMDA) Semarang, dan pada tahun 2008 ini UKKI Unnes kembali terpilih menjadi koordinator FSLDK PUSKOMDA Semarang sebagaimana yang telah diputuskan dalam Musyawarah Daerah (Musda) pada 2 desember 2007 kemarin yang diadakan di kampus Polines Tembalang. Semoga Allah memberikan kekuatan pada UKKI Unnes untuk dapat menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya.

FSLDK PUSKOMDA Semarang ini membawahi kurang lebih 41 Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang tersebar di seluruh Semarang Raya yang meliputi daerah Semarang, Salatiga, Kendal, Jepara, dan Kudus.

Visi dari FSLDK PUSKOMDA Semarang yaitu “Menjadi sarana komunikasi dan koordinasi LDK Se-Semarang dengan berusaha menumbuhkan serta mengembangkan LDK-LDK yang ada di Kampus, sehingga tercipta LDK yang kokoh, tangguh, dan profesional dalam merencanakan, mengelola, dan memecahkan semua permasalahan da’wah baik ditingkatan kampus ataupun daerah”. Sedangkan misinya yaitu “Membangun silaturrahim antar LDK, sebagai pusat informasi tentang alternatif permasalahan LDK khususnya dan masyarakat pada umumnya, sebagai sarana dalam usaha pendampingan dan pembinaan LDK, mengupayakan adanya Islamisasi terhadap berbagai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh civitas akademika dan masyarakat umum, serta sebagai sarana peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan LDK.”

Lembaga yang diketuai oleh Harjoko (Kimia ’04 Unnes) ini mempunyai 3 bidang yaitu PPLDK (Pembinaan dan Pengembangan LDK), Isu Nasional (Isunas), dan Jaringan Muslimah (Jarmus). Ketiga bidang ini mempunyai tugas masing-masing. PPLDK menjadi pusat data dan analisa perkembangan LDK, membangun silaturrahim antar LDK, menjadi sarana pendamping dan pembinaan LDK, serta menjadi sarana koordinasi pembangunan dan penataan da’wah LDK di Semarang Raya. Untuk bidang Isunas bertugas menjadi sarana menyuarakan sikap terhadap berbagai isu keislaman yang berkembang baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional serta menjadi sarana dan penataan gerak da’wah dalam menyikapi isu keislaman yang berkembang. Sedangkan Jarmus bertugas Menjadi sarana silaturohim & informasi antar kader da’wah muslimah diseluruh Universitas dan Sekolah Tinggi di Semarang raya dlm penataan da’wah dikalangan muslimah serta menjadi sarana untuk menyuarakan sikap terhadap berbagai isu kemuslimahan baik nasional maupun internasional.

Agenda utama dan pertama dari FSLDK PUSKOMDA adalah pendampingan LDK. Setiap LDK mempunyai hak untuk di dampingi oleh PUSKOMDA yang telah diamanahkan di wilayahnya, sehingga LDK yang didampingi dapat lebih baik, meningkat kualitasnya, dan semakin banyak kuantitasnya.

FSLDK PUSKOMDA Semarang telah melaksanakan Rapat Kerja (Raker) pengurus Puskomda pada hari Sabtu tanggal 9 Februari 2008 dan bertempat di gedung PKMU Unnes. Dari rapat tesebut telah dihasilkan beberapa program kerja dari masing bidang dan semoga eksistensi FSLDK PUSKOMDA Semarang akan lebih terasa bagi seluruh elemen LDK yang berada di Semarang Raya. Bagi teman-teman LDK yang ingin berkunjung ke PUSKOMDA Semarang Raya, silakan datang ke sekretariat UKKI Unnes di Masjid Ulul Albab Unnes lantai I.

Ulama' kita memang harus perhatian dengan Palestina


Buya Hamka dan Palestina


Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah gelar Datuk Indomo yang akrab dengan panggilan Buya Hamka, lahir 16 Februari 1908, di Ranah Minangkabau, desa kampung Molek, Sungai Batang, di tepian danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Buya Hamka yang bergelar Tuanku Syaikh, gelar pusaka yang diberikan ninik mamak dan Majelis Alim-Ulama negeri Sungai Batang – Tanjung Sani, 12 Rabi’ul Akhir 1386 H/ 31 Juli 1966 M, pernah mendapatkan anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, 1958, Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974, dan gelar Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

Buya Hamka adalah seorang ulama yang memiliki ‘izzah, tegas dalam aqidah dan toleran dalam masalah khilafiyah. Beliau sangat peduli terhadap urusan umat Islam, sehingga tidak mengherankan, di dalam dakwahnya, baik berupa tulisan maupun lisan, ceramah, pidato atau khutbah selalu menekankan tentang ukhuwah Islamiyah, menghindari perpacahan dan mengingatkan umat untuk peduli terhadap urusan kaum muslimin.

Ketika dihembuskan opini tentang cerdas dan pintarnya orang-orang Yahudi Israel, sehingga dapat mengalahkan pasukan Arab dalam perang Arab-Israel. Maka Buya meluruskan pemahaman tersebut melalui tulisan beliau di dalam Tafsir Al-Azhar, Juzu’ 1, halaman 221:

“Sebab yang utama bukan itu, Yang terang ialah karena orang Arab khususnya dan Islam umumnya telah lama meninggalkan senjata batinnya yang jadi sumber dari kekuatannya. Orang – orang yang berperang menangkis serangan Israel atau ingin merebut Palestina sebelum tahun 1967 itu, tidak lagi menyebut-nyebut Islam.

Islam telah mereka tukar dengan Nasionalisme Jahiliyah, atau Sosialisme ilmiah ala Marx. Bagaimana akan menang orang Arab yang sumber kekuatannya ialah imannya, lalu meninggalkan iman itu, malahan barangsiapa yang masih mempertahankan idiologi Islam, dituduh Reaksioner. Nama Nabi Muhammad sebagai pemimpin dan pembangun dari bangsa Arab telah lama ditinggalkan, lalu ditonjolkan Karl Marx, seorang Yahudi.

Jadi untuk melawan Yahudi mereka buangkan pemimpin mereka sendiri, dan mereka kemukakan pemimpin Yahudi. Dalam pada itu kesatuan akidah kaum Muslimin telah dikucar-kacirkan oleh ideologi – ideologi lain, terutama mementingkan bangsa sendiri. Sehingga dengan tidak bertimbang rasa, di Indonesia sendiri, di saat orang Arab sedang bersedih karena kekalahan, Negara Republik Indonesia yang penduduknya 90% pemeluk Islam, tidaklah mengirimkan utusan pemerintah buat mengobati hati negara-negara itu, melainkan mengundang Kaisar Haile Selassie, seorang Kaisar Kristen yang berjuang dengan gigihnya menghapus Islam dari negaranya.

Ahli – ahli Fikir Islam modern telah sampai kepada kesimpulan bahwasanya Palestina dan Tanah Suci Baitul Maqdis, tidaklah akan dapat diambil kembali dari rampasan Yahudi (Zionis) itu, sebelum orang Arab khususnya dan orang–orang Islam seluruh dunia umumnya, mengembalikan pangkalan fikirannya kepada Islam. Sebab, baik Yahudi dengan Zionisnya, atau negara-negara Kapitalis dengan Christianismenya, yang membantu dengan moril dan materil berdirinya Negara Israel itu, keduanya bergabung jadi satu melanjutkan Perang Salib secara modern, bukan untuk menentang Arab karena dia Arab, melainkan menentang Arab karena dia Islam”.

Di Juzu’ VI, halaman 307, Buya juga menjelaskan konspirasi negara-negara Eropa dan Amerika dalam pendirian “ Negara Israel”, “Yaitu mereka jajah Palestina, mereka rampas dari tangan Turki. Lalu diserahkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Boulfour (seorang Yahudi), kepada kaum Zionis, gerakan Yahudi terbesar di zaman ini, supaya mereka membuat negara di sana. Sehabis Perang Dunia Kedua disuruhlah orang Yahudi membentuk Negara Israel di Palestina”.

Buya Hamka berpulang ke Rahmatullah, 24 Juli 1981, telah meninggalkan warisan dan pelajaran yang sangat berharga untuk ditindak lanjuti oleh genarasi Islam, yaitu istiqamah dalam berjuang, menjaga persatuan umat dan peduli terhadap urusan kaum Muslimin.

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”(QS: Al-Hasyr/59: 10). (fn).

H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA / Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina

(Email: ferryn2006@yahoo.co.id)

Senin, 29 Juni 2009

BAHASA ARAB untuk Anak-anak


ANAK-ANAK JUGA HARUS PINTAR BAHASA ARAB

Segala Puji bagi Allah ta’ala yang telah menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa arab. Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Al-Qur’an adalah mukjizat paling agung yang menunjukkan akan benarnya risalah yang dibawa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahkan kalangan jin pun sampai kagum dengan keindahan bahasa Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman dalam surat al-Jinn,

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا . يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا

“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami.”. (Al-Jin [72]: 1-2)

Tak seorang pun yang mampu mendatangkan satu ayat pun yang semisal Al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman,

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

“Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.” (QS. Al-Israa [17]: 88)

Allah ta’ala telah menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa arab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wahyu, membimbing para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim ajma’in dengan bahasa arab, begitupula generasi terbaik umat ini, mereka juga saling berkomunikasi dengan bahasa arab. Maka tidak mungkin bagi kita untuk bisa memahami dengan baik dua wahyu Allah (Al Qur’an dan As Sunnah), sesuai dengan pemahaman yang benar dari para sahabat dan ulama-ulama yang berpegang teguh dengan tuntunan mereka kecuali dengan mempelajari bahasa arab.

Mempelajari bahasa arab adalah perkara yang amat penting. Sungguh sangat menyedihkan bahwa kebanyakan kaum muslimin berpaling dari mempelajari bahasa arab. Kebanyakan kaum muslimin sekarang lebih berbangga apabila bisa berbicara dengan bahasa asing, dengan bahasa inggris, jerman dan seterusnya, bahkan putra-putri mereka pun dididik dengan bahasa asing supaya tidak ketinggalan zaman, dan yang paling menyedihkannya adalah mereka sama sekali tidak berupaya agar putra-putri mereka mempelajari bahasa arab. Laa haula walaa quwwata illa billah

Kalau keadaan kaum muslimin seperti ini, bagaimana akan tercetak generasi Islam yang cinta Allah dan Rasul-Nya? Bisa dibayangkan bila ini berlangsung terus akan menyebabkan mereka terombang ambing dalam gelombang syubhat dan syahwat. Bagaimana mungkin mereka akan mampu membela Islam dengan benar kalau aqidahnya rapuh, kalau mereka sendiri tidak di didik diatas tuntunan islam, di atas tuntunan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Untuk para orang tua:

  • Perhatikanlah pendidikan anak-anakmu. Janganlah kau terlantarkan pendidikan mereka, pendidikan yang paling penting bagi mereka adalah pengajaran aqidah yang benar, tanamkan aqidah tersebut pada benak mereka.
  • Ajarkan mereka Al-Qur’an sejak dini. Bangkitkan kecintaan mereka terhadap Al-Qur’an.
  • Ajarkanlah mereka hadits-hadits dari Rasulullah, biasakan mereka untuk mendengar hadits-hadits tersebut.
  • Perkenalkan putra-putri anda bahasa arab. Karena itu merupakan bahasa Al-Qur’an. Ajarkan sejak dini, sejak anak bisa berbicara maka latihlah dia untuk belajar bahasa arab.
  • Karena mengajar anak di waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu. Sedikit demi sedikit. Ketika anak sudah paham nama-nama benda, ajarkan bahasa arabnya.

Misalnya ketika anak melihat ke langit maka kita ajarkan bahwa langit bahasa arabnya adalah “samaa’un”, kalau anak melihat buku maka kita ajarkan bahwa bahasa arabnya buku adalah “kitaabun”, kalau anak sedang memperhatikan tangannya, kita ajarkan bahwa bahasa arab tangan adalah “yadun” dan seterusnya. Dengan diperkenalkan dan melihat langsung wujud aslinya akan sangat membantu anak cepat hafal yang diajarkan.

Maka, marilah kita perkenalkan bahasa Arab sejak dini kepada anak-anak kita. Semoga kelak mereka menjadi anak yang bertakwa, cinta Al-Quran, cinta al-Hadits, menjadi salah satu penegak panji islam dan menjadi penduduk surga-Nya Allah ta’ala kelak, aamiin.

(Kholis)

Berbuatlah Untuk Palestina, semampu Antum....!!!

PALESTINA MASIH BERDUKA

Musuh-musuh agama Allah tidak akan pernah ridha kepada umat Islam sampai umat Islam mau mengikuti jejak langkah mereka langkah demi langkah dan akhirnya menjadi bagian dari mereka. Beragam cara mereka lakukan untuk menghancurkan Islam mulai cara-cara halus yang tidak disadari kecuali oleh orang-orang yang Allah buka mata hatinya, hingga kekerasan yang secara vulgar dipertontonkan kepada seluruh dunia.

Inilah salah satu bukti kebenaran firman Allah Yang Maha Tinggi:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha pada kalian sampai kalian mengikuti agama mereka. Katakanlah: sesungguhnya petunjuk Allah itu adalah petunjuk yang sebenarnya.” (Qs. Al-Baqarah: 120)

Kekerasan tersebut dipertontonkan kepada dunia melalui serangan militer tentara Zionis Israel kepada kaum muslimin di Palestina pada Sabtu, 29 Dzulhijjah 1429 H/27 Desember 2008. Terlebih lagi, kekerasan tersebut dipertontonkan pada bulan Haram yang Allah ta’ala telah mengharamkan pembunuhan dan peperangan pada bulan-bulan tersebut.

Allah berfirman, “Mereka bertanya tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar…” (Qs. Al Baqarah: 217)

Allah juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan Haram…” (Qs. Al Maaidah: 2). Sungguh satu kezaliman di atas kezaliman…!!!

Saudaraku, sesungguhnya umat Islam di bumi Allah ini adalah ibarat satu bangunan, mereka akan saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Umat Islam di bumi Allah ini ibarat adalah satu tubuh, jika satu anggota badan sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya.

Saudaraku, apakah Kita tidak merasa merugi ketika sekarang satu bagian bangunan kita di Palestina diserang? Apakah kita tidak merasa sakit ketika satu bagian tubuh kita di bumi para Nabi sedang terluka? Maka, mari kita kuatkan Saudara kita!! Mari kita obati jasad dan hati mereka!!

Saudaraku, mari kita bantu mereka dengan segenap kemampuan kita. Doakan dengan hati dan lisan kita, bantu mereka dengan sebagian harta kita, bantu mereka dengan segenap kemampuan dan keahlian. Ya Allah, bantu dan selamatkan saudara kami kaum muslimin di Palestina. Ya Allah, timpakanlah kekalahan kepada orang-orang Yahudi terlaknat dan penolong-penolong dan sekutu-sekutu mereka…

(Kholis)

URGENSI BAHASA ARAB


Makanya, Antum Belajar Bahasa Arab yang Serius tuh...!!!

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua yang dikenal oleh manusia dan satu-satunya bahasa yang paling berkembang dan cepat penyebarannya. Sekalipun tata bahasanya demikian lengkap namun sangat mudah dipelajari. Karakter unik yang khusus yang dimilikinya menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa pilihan bagi Kitab Suci yang paling mulia. Berikut kami untaikan sedikit tentang urgensi bahasa Arab dengan format tanya jawab.

Bagaimana kedudukan bahasa Arab di mata Islam, dan apakah berbicara dengan bahasa pengantar ini termasuk ashabiyah (fanatisme golongan), atau apakah bahasa Arab memiliki kedudukan yang mulia dibandingkan bahasa lain?

Bahasa adalah wasilah untuk berkomunikasi, hanya itu. Demikian pula bahasa Arab, hanyalah sebuah wasilah untuk komunikasi sosial tetapi ada satu keistimewaan tambahan yang tidak dimiliki oleh bahasa lain, yaitu nilai ibadah.

Maka berkomunikasi dengan bahasa Arab ibadah, demikian juga mempelajarinya, mengajarkannya, menelaah kitab-kitab arabiyah adalah ibadah. Sebab bertaammul (berinteraksi) dengan bahasa ini dianggap telah menghidupkan dan menjaga fondasi terpenting Islam yaitu Al-Qur’an.

Mungkin adakah sebuah penjelasan yang lebih terperinci mengapa Allah memilih bahasa Arab untuk Kitab Suci-Nya paling mulia?

Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”

Ibnu katsir berkata ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2 di atas: “Yang demikian itu (bahwa Al -Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada rosul yang paling mulia (yaitu: Rasulullah), dengan bahasa yang termulia (yaitu Bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia diatas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Ramadhan), sehingga Al-Qur an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Surat Yusuf).

Urgensi bahasa Arab, dan kepentingan teragung dalam dalam kehidupan kita, bahwa ia adalah bahasa Al-Qur’an, bahasa pengantar Islam. Dengannya berkembanglah Islam ke seantero jagat sebagai rahmatan lilalamin.

Dalam sebuah kaidah fiqih dikatakan: “Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”

Maka tatkala hukum membaca Al-Qur’an wajib, menelaah Al-Hadits hukumnya wajib, mengetahui kaidah-kaidah ibadah dan aqidah hukumnya wajib dan tidak ada cara lain untuk memahami semua ini dengan apik kecuali dengan memahami terlebih dahulu bahasa Arab, akhirnya mempelajari bahasa Arab naik hukumnya menjadi wajib.

Berangkat dari sini, bahasa Arab menjadi bahasa yang paling berkesan dalam dada kaum muslimin dan menghunjam dalam iman serta ruh mereka. Bahasa Arab tidak mungkin dipisahkan dalam tarikh kegemilangan umat Islam yang akan dan terus dikenang dan diusahakan perwujudannya kembali.

Jadi hukum mempelajari bahasa Arab wajib, apakah ada ijtihad dari ulama terpercaya mengenai kesimpulan antum ini?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidha Shirathal Mustaqim berfatwa: “Sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”

Beliau juga berkata: “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-sunnah), serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah dan menegakkan syi’ar-syi’ar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.”

Jauh sebelum masa Ibnu Taimiyah, Imam Syafi’ipun memiliki istimbath (kesimpulan hukum) demikian.

Dengan kata lain Bahasa Arab merupakan pokok agama atau dikatakan; “Dienul Islam tidak akan terwujud kecuali dengan bahasa Arab”.?

Benar sekali. Ana tekankan bahwa bahasa Arab tidak hanya penting untuk berkomunikasi saja, lebih dari itu bahasa Arab ruhnya segala syiar.

Lalu apa perbedaan dengan bahasa lainnya?

Kita bisa katakan, bahasa Arab tidak akan musnah selama Dien ini tidak musnah… Bahasa ini akan tetap ada selama masih ada orang yang mengucapkan La illaha illallah.

Artinya, janji Allah ta’ala akan terjaganya Kitab-Nya juga mencakup janji terjaganya bahasa Arab?

Tepat, sebab bahasa Arab bahasa pengantar Al-Qur’an yang tersusun kalimatnya oleh susunan, kaidah-kaidah dan hukum-hukum tata bahasa Arab.

Ana telah sekian lama mempelajari bahasa Arab, tapi sampai sekarang tetap kesulitan membaca kitab, ada solusi?

Pertama perhatikan keikhlasannya, belajar hanya untuk mencari ridha-Nya saja. Kedua perhatikan istiqamahnya, dan ketiga perhatikan metode sistematika mempelajarinya setelah itu tawakal kepada Allah.

Sumber: http://alghaits.wordpress.com

Minggu, 28 Juni 2009

Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru

Penerimaan Mahasiswa Baru IAIN Walisongo Semarang Tahun 2009

Mulai tanggal 22 Juni s/d 8 Agustus 2009 IAIN Walisongo akan membuka pendaf taran Calon Mahasiswa Baru tahun akademik 2009/2010.

ALUR PENDAFTARAN SECARA MANUAL
1. Calon mahasiswa datang ke Loket Pendaftaran untuk mengambil Formulir Pendaftaran
2. Isi Formulir tersebut dengan benar (ikuti petunjuk pengisian), kemudian serahkan ke loket
3. Tunggu petugas untuk memverifikasi data anda, jika data sudah benar anda akan menerima
bukti pendaftaran dan Kartu Tes

ALUR PENDAFTARAN SECARA ONLINE

1. Buka website IAIN Walisongo dengan alamat : www.walisongo.ac.id
2. Pilih Menu PMB-Online yang ada di kanan atas halaman
3. Selanjutnya pilih menu Pendaftaran Mahasiswa
4. Isi data anda dengan jelas dan benar (ikuti petunjuk pengisian)
5. Setelah itu anda bisa mencetak Formulir Pendaftarana OnLine lewat menu Cetak
Formulir atau meng Edit data apabila data yang anda isikan masih ada yang salah
6. Selanjutnya bawa dan serahkan formulir yang sudah anda cetak ke Loket Pendaftaran
pada jam kerja untuk diverifikasi, jika data anda sudah benar maka anda akan menerima
bukti pendaftaran dan Kartu Tes
Anda juga dapat mendownload Formulir Pendaftaran lewat website IAIN Walisongo dengan alamat : www.walisongo.ac.id di menu Download

bAHASA aRAB BIKIN cERDAS

MAU CERDAS? BELAJAR BAHASA ARAB DONG...!!!

Salah satu keutamaan belajar bahasa arab adalah akan bertambahnya kecerdasaan seseorang, ia akan lebih peka terhadap suatu hal dan pikirannya menjadi terbuka dan tidak terpaku pada sesuatu, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu,

تَعَلَّّمُوْا العَرَبِيَّةَ فَإِنَّهَا تُثَبِّتُ العَقْلَ ، وَتَزِيْدُ فِي المُرُوْءَةِ

“Pelajarilah bahasa arab, karena ia dapat menguatkan akal dan menambah kewibawaan (Imam Baihaqi dalam Syu’aibul Imaan, Maktabah Syamilah).

Lalu apa sebenarnya yang membuat bahasa arab dapat menambah kecerdasan?

Hal ini karena, ketika kita mempelajari bahasa arab ataupun membaca tulisan berbahasa arab, otak kita akan memproses apa yang kita baca dan lihat, ketika dia tidak memahami bahasa arab, maka hal itu tidak ada gunanya, akan tetapi ketika dia sudah memahami bahasa arab, dia akan lebih fokus berfikir.

Kenapa?? Hal ini karena Bahasa arab berbeda dengan bahasa Indonesia, susunan dalam bahasa Indonesia adalah baku hanya mempunyai satu makna dan mudah dipahami, sedangkan susunan bahasa arab berbeda-beda serta dapat mempunyai banyak makna, sehingga terkadang kita sulit untuk memahami apa maksud dari kalimat tersebut.

Selain itu, ketika kita membaca kitab berbahasa arab (kitab gundul), kita dituntut untuk menganalisis tiap kata yang ada, kedudukannya, fungsinya, harokatnya, karena ketika salah menganalisis, menjadikan arti yang didapat menjadi salah, yang akhirnya pemahaman kita menjadi salah pula.

Coba perhatikan contoh berikut:

أعطى محمد كتابا

Dari kalimat di atas, kita harus menganalisis, harokat apakah yang cocok untuk kalimat tersebut dan makna seperti apakah yang diinginkan. Sehingga ketika kita ingin mengatakan

أَعْطَى مُحَمَّدٌ كِتَابًا (Muhammad memberi kitab )

Kita harus menganalisisi, bahwa dari pengucapan di atas, mengindikasikan bahwa, مُحَمَّدٌ berkedudukan sebagai Fa’il (subjek), sedangkan كِتَابًا sebagai objek, karena أَعْطَى diposisikan sebagai fi’il ma’lum.

Namun, benarkah pengucapan seperti itu??

Jika kita menganalisis dengan teliti, maka kita akan tahu bahwa, kata kerja أَعْطَى (memberi) harus mempunyai dua objek (dari artinya sudah jelas membutuhkan dua objek), sedangkan kalimat di atas hanya mempunyai satu objek, jika أَعْطَى diposisikan sebagai fi’il ma’lum, maka kalimat tersebut tidak mempunyai arti yang dimaksudkan, kepada siapa Muhammad memberi kitab?? Arti menjadi rancu, sehingga pengucapan di atas kurang tepat.

Lalu bagaimana pengucapan yang benar??

Jawabnya adalah sebagai berikut:

(Muhammad telah diberi kitab) أُعْطِيَ مُحَمَّدٌ كِتَابًا

Kata kerja أعطى harus diposisikan sebagai fi’il majhul, karena ia harus mempunyai dua objek jika diposisikan sebagai fi’il ma’lum, sedangkan kata مُحَمَّدٌ berkedudukan sebagai na’ibul fa’il (pengganti fa’il) dan كِتَابًا sebagai objek, sehingga arti dari kalimat di atas, “Muhammad diberi kitab”, dan ini yang benar. Mungkin anda akan bertanya, “kan kalimat di atas masih rancu, siapa yang memberi muhammad kitab??” Jawabnya, di dalam bahasa arab, ketika fi’il ma’lum diubah menjadi majhul, mengindikasikan ada fa’il yang dihapus dan digantikan dengan objeknya (coba liat kembali pembahasan na’ibul fa’il), sehingga, ketika seseorang mengucapkan hal di atas, orang yang diajak berbicara pasti akan mengetahui maksud perkataannya.

Lebih mudahnya perhatikan kalimat berikut, jika dikatakan:

أَعْطَى مُحَمَّدٌ وَحْيًا (Muhammad memberi wahyu)

Maka ini adalah pengucapan yang salah, namun jika di ucapkan

أُعْطِىَ مُحَمَّدٌ وَحْيًا (Muhammad telah diberi wahyu)

Maka ini adalah pengucapan yang benar, walaupun fa’ilnya tidak disebutkan, kita dapat mengetahui maksud dari pengucap adalah “Muhammad telah diberi wahyu oleh Allah”. Dan ingat, fa’il dan nai’bul fa’il tidak bias digandengkan dalam satu kalimat.

Begitu pula dalam contoh kalimat,

الْيَوْمُ يَوْمُ الأَحَدِ (Hari ini adalah hari Ahad)

Kita harus menganalisis, apa kedudukan dari tiap kata tersebut, sehingga pemaknaan dan maksud yang diinginkan tersampaikan (coba bagi para pembaca untuk menentukan kedudukan serta arti dari kalimat di atas).

Dengan hal inilah mengapa mempelajari bahasa arab dapat meningkatkan kecerdasan. Materi-materi yang sudah diberikan harus bisa dipahami dan dipraktekkan. Sehingga wajar saja bila para ulama kita, ketika memberi fatwa, mereka bisa memberikan jawaban yang tepat dan mencakup banyak hal.

Dan perlu diketahui, bahasa arab dapat dijadikan ajang teka-teki bagi para santri untuk mengasah kemampuan dia dalam berbahasa arab dan tentunya dalam berpikir.

Semoga bermanfaat..